Dibalik \”Keterkungkungan” Santri – Jangan Ada Dusta Diantara Kita

Dibalik \”Keterkungkungan” Santri

Dari awal, begitu seseorang mau menjadi santri atau mau menyantri di pondok pesantren, maka mau tidak mau dia harus menyadari bahwa dirinya sudah harus berbeda dengan orang yang tidak memiliki predikat santri.

Why ?

Santri adalah seseorang yang memiliki kegiatan belajar mendalami pengetahuan agama yang lebih intensif dibanding bukan santri. Hal ini menyebabkan kegiatan terbanyak dari santri adalah mempelajari agama ( tauhid atau fiqih atau tafsir atau yang lainnya ) secara terurut sesuai dengan tingkatan umur dan pendidikannya. Disamping tuntutan zaman, santri juga harus menguasai ilmu dan teknologi.
Namun karena minat dan bakat seseorang berbeda-beda dan tidak boleh dipaksakan, maka seorang santri harus pintar-pintar memilih dan memilah sesuai dengan kemauan dan kemampuannya.
Namun menurut hemat penulis, seorang santri selalu akan terbelenggu, hal ini disebabkan ;
1. Pengelola pondok/ pengasuh memiliki kurikulum khusus yang harus seorang santri mempelajari apa saja kitab yang masuk kategori kurikulum khusus itu.
2. Karena sang ” waktu” itu terbatas, maka hari – hari seorang santri harus dibebaskan dengan hal – hal yang tidak mendukung tercapainya keberhasilan/ prestasi seorang santri, seperti ;
• Tidak boleh pacaran
• Tidak boleh bawa handphone
• Tidak boleh sering keluar pondok
• Tidak boleh main play station, main game, ngenet sampai nginep
• Tidak melihat televisi
Dan seabreg larangan yang telah ditetapkan oleh Tatib pondok pesantren, yang setiap santri wajib mematuhinya.
Tujuan utamanya adalah agar konsentrasi santri tidak terpecah/ berubah dan tetap fokus, masih dijalurnya, sampai santri menyelesaikan sekolahnya. Dan kemudian pulang atau melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
Walaupun santri juga harus mampu menguasai pengetahuan umum dan memiliki live skill untuk menunjang kehidupannya kelak.
Terima kasih. Semoga bermanfaat.
Soal : Setujukah anda ;
1. Pintar Agama adalah keinginan no. 2 setelah keinginan akan tercapainya kehidupan yang layak/ status diri
2. Jabatan ustad/ ustadzah atau bahkan kyai adalah jabatan penuh pengorbanan, jadi kurang menarik

Leave a Reply

Satu tanggapan pada “Dibalik \”Keterkungkungan” Santri”

  1. hehe.. gag bisa jawab soal duluu..

    setelah ara keluar dari pondok… ternyata memang beda! dan yang ara ingat pesan daari Abah Mukhlas.. “kalian harus berbeda, dengan siswa luar sana!”

    ara tidak menjadi santri kolot.. tapi mencoba duduk bersama teman2 yg memiliki latar belakang berbeda.

    hmmm

    “Yup …Betul Skali …: Jangan jdi santri Kolot”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *